Oleh: Afdhalurrijal Ridhwan*
Muharram merupakan salah satu bulan yang mengandung banyak fadhilah. Bulan yang dilipatgandakan pahala yang melebihi bulan-bulan hijriah lainnya. Bahkan, selain Zulqa’dah, Zulhijjah dan Rajab, bulan Muharram juga termasuk dalam kategori ‘bulan haram’, artinya bulan yang dilarang terjadi pertumpahan darah.
Di samping itu, Muharram juga termasuk bulan kedua yang disunnahkan berpuasa sesudah bulan Ramadhan, di antara hari-hari yang disunnahkannya yaitu hari ‘Asyura (hari kesepuluh Muharram). Namun karena kita umat Rasulullah saw, disunnahkan berpuasa sehari sebelumnya (hari kesembilan -red) atau sesudahnya (hari kesebelas -red) agar terdapat perbedaan dengan umat nabi terdahulu, yangmana hanya berpuasa di hari ‘Asyura saja.
Di era modernisasi ini, penerapan nilai-nilai ibadah sunnah terlihat mulai memudar dengan dalih pekerjaan yang tak kunjung kelar, tugas yang kian hari semakin menumpuk, atau kendala-kendala lainnya. Padahal, jika praktek ibadah sunnah dibarengi dengan bekerja, sungguh tak akan tergores rasa lelahnya sedikit pun. Bukankah Allah swt telah berfirman yang artinya, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Al-Baqarah: 286).
Dari ayat tersebut jelas bahwa kesunnahan melakukan ibadah-ibadah sunnah –termasuk berpuasa ‘Asyura- tidak berkontradiktif dengan aktivitas-aktivitas keseharian. Bahkan, dari segi ganjaran, Allah swt akan melipatgandakan pahala hamba-hambaNya yang sudi bertaqarrub kepadaNya dengan melakukan ibadah sunnah di tengah kesibukan aktivitas mereka.
Di sisi lain, dengan pesatnya modernisasi yang meningkat secara drastis ini, banyak juga hal-hal negatif yang terkadang dengan tidak kita sadari semakin meningkat pula. Seperti percekcokan sesama tetangga, tawuran sesama pelajar, perampasan, perampokan hingga pelecehan terhadap kaum wanita, yang kesemuanya merupakan dalang penghambat tercapainya nilai-nilai Islami di provinsi berjuluk ‘Negeri Hukum’ ini.
Oleh karena itu, momen Muharram yang tak lama lagi akan meninggalkan kita ini menjadi poin penting dalam tahapan penyesuaian pribadi kita. Berikut beberapa ilmu dan hikmah yang dengan sengaja Allah swt turunkan melalui bulan yang mulia ini, di antaranya, Pertama, setelah beberapa tahun berada di bawah otoritas kepemimpinan kaum Quraisy, Rasulullah saw beserta para sahabatnya melakukan perjalanan (hijrah) dari Mekkah Al Mukarramah ke Madinah Al Munawwarah dengan maksud mencari tempat penyampaian dakwah barunya.
Beranjak dari itulah, jelas, bahwa Muharrram merupakan bulan geraknya perbuatan amar makruf nahi munkar dengan menyebar dakwah ke penjuru wilayah, meskipun implementasinya pada abad ke-21 ini terbilang SSM (susah-susah mudah). Namun, hal itu tidak menjadi alasan kita untuk tidak berhijrah. Marilah hijrah dari keterpurukan untuk menggapai keberhasilan yang nyata. Mari kita benahi diri –sebelum membenah orang lain- dari hal-hal yang paling kecil.
Dengan begitulah, jalan hijrah hakiki pun akan sangat mudah kita tempuh nantinya. Jika Rasulullah Saw bersama para sahabatnya mampu memenangkan peperangan dengan melawan musuh-musuhnya, maka hijrah kita di era ini adalah dengan memerangi kerasnya hawa nafsu. Musuh utama dan terbesar yang sangat perlu kita bungkam adalah hawa nafsu.
Kedua, hijrah Rasullah Saw bersama sahabat-sahabatnya dari Mekkah ke Madinah menjadi pelajaran bagi kita bahwa berbuat kebaikan itu sangatlah mudah dan luas cakupannya. Oleh karena itu, berlarilah secepat mungkin untuk meninggakan sifat-sifat tercela yang menjadi penghambat dari hijrah itu sendiri. Bahkan Allah swt saja memerintahkan kita untuk menikmati keindahan ciptaanNya. Hal demikian dapat mendekatkan kita pada rasa syukur, syukur itulah pertanda kita mulai berhijrah dari masa kebodohan atas nikmat Allah Swt menuju pribadi yang lebih agamis, secara dhahir dan bathin.
Akhir kata, semoga taufiq dan ‘inayah Allah Swt selalu tercurahkan kepada kita semua dalam berhijrah ke jalan yang lebih baik. Allahumma amiin.
*Penulis adalah mahasiswa tingkat akhir pada jurusan Hukum Ekonomi Syariah (HES) STIS Ummul Ayman.
**Artikel ini telah tayang di media Aceh Trend, edisi Senin, 09/10/2017 lalu: https://www.acehtrend.com/2017/10/09/membumikan-hijrah/