Oleh: Martunis*
Mayoritas diantara kita sudah tahu bahwa Nabi Muhammad Saw sangat mencintai umatnya. Bahkan tatkala Rasulullah hampir wafat pun beliau tak menyebut nama anak, istri, nama bangsa dan lain sebagainya akan tetapi beliau memproklamirkan ucapan ‘ummati-ummati’ yang berarti ‘ummatku ummatku’. Dari cuplikan sejarah singkat itu dapat kita simpulkan bahwa Rasulullah saw benar-benar mencintai kita selaku ummatnya. Namun yang menjadi pertanyaan sekarang ialah ‘apakah kita selaku umat beliau juga mencintainya?’
Rasa inilah yang semestinya kita tanamkan di dalam sanubari. Namun, itu semua tentu memerlukan kepada bukti. Adapun bukti cinta terhadapnya dapat terlihat sebagai berikut:
-Memperbanyak bershalawat. Dalam satu riwayat pernah disebutkan bahwa, “Barangsiapa yang cinta akan sesuatu pasti ia akan banyak menyebut-nyebutnya.” Apabila kita mencintai Rasul maka jalannya adalah dengan memperbanyak berselawat kepadanya.
Tuntutan berselawat merupakan tuntutan yang spesial. Allah Swt langsung yang menyuruh makhlukNya untuk berselawat atas Rasulullah saw, sebagaimana firman Allah Swt, “Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [Al-Ahzaab: 56]. Di samping itu, berselawat lebih afdhal lagi jika ditunjang dengan mendalami sedikit demi sedikit sejarah kehidupan sang manusia teragung.
-Adapun jalan kedua ialah menjaga warisan beliau. Rasulullah Saw tidak mewarisakan harta yang berlimpah kepada ummatnya seperti emas dan perak yang banyak, ladang yang berhektar, dinar dan dirham yang meruah, akan tetapi Rasulullah Saw mewarisakan tiga hal yang lebih indah yang dapat menandingi semuanya yakni Al-Qur’an, Al-Hadits serta warisan ilmunya di dalam dada-dada para ulama. Rasulullah pernah bersabda yang artinya,
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. al-Imam at-Tirmidzi).
-Sementara ketiga yakni meniru suri tauladannya. Allah berfirman, “Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab: 21). Allah Swt sendiri telah menegaskan bahwa pada diri Rasulullah terdapat teladan baik yang patut kita acungkan jempol dan kita terapkan dalam aspek kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, salah seorang ulama Tarim, Yaman, Al Habib Umar pernah menyampaikan,
“Apabila kita ingin mengeluh tidak ada lagi yang mencintai kita di dunia ini maka ingatlah Rasulullah yang selalu mencintai ummatnya sampai akhir hayatnya. Apabila kita ingin memprotes kelezatan makanan yang kita cicipi hari ini maka ingatlah kepada Rasulullah yang pernah mengikat batu di perutnya demi menahan rasa lapar. Apabila kita ingin melakukan hal yang bertentangan dengen syariat kepada orang lain (balas dendam) maka ingatlah kepada Rasulullah yang mendoakan kebaikan kepada penduduk Thaif yang telah menzaliminya.”
Akhir kata, penulis ingin mengajak semuanya untuk menjadi follower sejatinya, bukan hanya menjadi penstalking yang budiman tanpa meneladaninya. Semoga!
***
*Mahasiswa Semester II Hukum Ekonomi Islam (HES) STIS Ummul Ayman
2 Comments
Khairil Anwar
Amin ya Rabb, Semoga kita semua menjadi ummat yang setia terhadap agama, Nusa dan bangsa.
admin
Allahumma amiiin ya Rabb