*Laporan: Maida Zuhra *Editor: MAA
Meurah Dua – Selasa, (14/02/23) tepatnya jam 09:00 pagi di KUA Meurah Dua dilangsungkan prosesi akad nikah. Calon suami yang berasal dari Mns. Kulam dan Calon istri berasal dari Mns. Teungoh kecamatan dimaksud itu datang ke kantor dengan riasan pengantin ditemani oleh sejumlah rombongan yang turut berhadir.
Di antara rombongan tersebut tentunya ada wali nikah, dua orang saksi, Bapak Keuchik kedua desa terkait serta sejumlah sanak famili dari kedua mempelai. Ruang balai nikah KUA Meurah Dua pun sesak.
Aura wajah mereka tampak bahagia. Prosesi akad nikah diketuai oleh Bapak Kepala KUA, Bapak T. Ghazali, S.Ag., M.H. Beliau memulainya dengan mukadimah, kemudian membacakan Surat An-Nisa’ ayat 3, dan memberikan nasihat singkat untuk para hadirin khusunya untuk calon pasutri baru. Para hadirin mendengarkan nasihat dengan khidmat, begitu juga dengan pasutri, sepertinya disertai dengan perasaan hati yang bercampur antara ‘iya’ dan ‘bukan’ menunggu proses akad dilangsungkan.
Nasehat dari kepala KUA: “Sebelum menikah, calon suami istri harus mempersiapkan diri dengan lika-liku yang akan terjadi dalam rumah tangga, karena menikah adalah satu ibadah yang tentunya setan pun selalu datang mengiringi untuk merusak ibadah kita. Jangan pernah bermain main dengan talak dan ta’lik talak karena akan berakibat fatal,” ujarnya.
“Untuk suami, jangan suka memandang wanita lain! Simpanlah foto istri sebanyak-banyaknya di galeri handphone. Begitu juga istri, simpanlah foto suami sebanyak mungkin di galeri handphone-nya,” lanjutnya.
“Dalam rumah tangga tidak boleh ada rasa dendam antara suami dan istri karena dengan rasa dendam dapat memungkinkan rumah tangga mudah retak. Hormatilah satu sama lain; pekerjaan istri dalam rumah tangga memang pekerjaan yang melelahkan dan tidak ada kata habisnya, dan suami yang pastinya juga lelah dalam mencari nafkah untuk istrinya, oleh karena itu suami-istri harus saling menghargai, saling menghormati dan saling menyayangi supaya dapat membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah,” lanjutnya.
Sementara itu, nasehat terkhusus untuk sang mempelai wanita, “Belajarlah memasak dan masaklah masakan yang enak supaya suami setiap hari makan hasil masakan kamu. Beritahu suami agar jangan suka makan di luar! Neumeujroh-jroh (berbaik-baiklah) dalam rumah tangga, neumeuget-get dalam rumah tangga dan bek karu-karu (jangan ada percekcokan). Jadikanlah sebagaimana slogan Rasulullah: baitii jannatii (rumahku surgaku),” tutupnya.
Kemudian bapak kepala KUA membacakan mukadimah nikah dan mempersilahkan wali nikah untuk melangsungkan akad sembari berjabat tangan dengan calon suami. Setelah para saksi menjawab ‘sah’, Bapak kepala KUA pun menutup serangkaian acara tersebut dengan doa. Selamat untuk kedua mempelai. BaarakAllah lakuma.
***
*Penulis adalah mahasiswi semester VII Prodi HKI. Saat ini sedang mengikuti magang di KUA Meurah Dua, Pidie Jaya. Ustadzah asal Reubee pecinta literasi ini berdomisili seraya mengabdi di Dayah Ummul Ayman II, Meurah Dua Pidie Jaya.