Oleh: M. Khalil Jamaluddin*
Sudah maklum bersama bahwa shalat subuh merupakan sebuah kewajiban yang telah Allah fardhukan melalui Rasulullah Saw kepada segenap kaum muslim. Tak bisa dipungkiri lagi bahwa shalat subuh merupakan salah satu aktivitas yang harus melekat bagi setiap jiwa seorang muslim. Sebenarnya, waktu subuh merupakan ujian. Di sinilah akan terlihat kepribadian seseorang. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya shalat subuh dan isya merupakan shalat yang berat bagi orang munafik. Sesungguhnya mereka yang ramah melihat apa yang ada di dalam shalat subuh dan isya, maka mereka akan melakukannya meskipun telah merangkak. (HR Ahmad & Nasai).
Orang-orang Kristen dan Ateis bangun pagi-pagi untuk kehidupan dunia, pada saat yang bersamaan pada waktu shalat Subuh. Hajat mereka mampu mendorong mereka untuk bangun pagi-pagi, namun mengapa seorang mukmin tidak mau mengerahkan segenap potensinya untuk menyamai mereka bangun pagi.
Fenomenanya lagi orang-orang non muslim di Amerika, mereka bangun pagi-pagi untuk keperluan dunia juga bersamaan dengan waktu subuh. Apakah kita tahu mengapa mereka bangun sepagi itu? Hanya untuk menghirup udara segar di awal pagi bersama anjing mereka. Seorang penguasa Yahudi juga pernah mengatakan, “Kami takut kepada umat Islam yang telah melaksanakan shalat subuh layaknya jamaah shalat Jumat.”
Di balik pelaksanaan dua rakaat diambang fajar itu, tersimpan rahasia yang menakjubkan dan banyak sekali hikmah serta keistimewaannya. Salah satunya adalah jaminan dari Allah Swt akan masuk surga dan disaksikan oleh para malaikat. As firmanNya dalam Al-Quran, “Dan (dirikan pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh Malaikat). ” (Al-Israk: 78).
Itulah perkiraan ulama tidak mau melewatkan waktu karena keberkahannya di tiap langkah yang luar biasa dalam mengawali hari. Di samping latihan harian bagi rohani, juga menjadi muara ilmu dan iman. Menariknya lagi, subuh ternyata bak peralihan dari era jahiliah menuju tauhid, seperti berakhirnya kaum Jahiliah dan Tsamud yang dilibas pada waktu subuh yang menandakan berakhirnya jahiliah menuju era tauhid.
Akan amat disayangkan bahwa kita membahas shalat subuh hanya sebatas pengetahuan saja atau tahu merasakan teoritis tanpa realisasi di alam nyata. Namun kita memaparkan semua itu agar ada usaha semaksimal mungkin untuk menerapkan syariat Allah. Penulis sangat merindukan agar suasana subuh itu akan lebih ramai dan gemuruh dari waktu-waktu shalat lainnya.
Subuh juga lebih agung dari dunia dan isinya. Kalimat ini tak lain selain isi Hadits Rasulullah saw yang menyatakan bahwa shalat sunnah Qabliyah subuh itu lebih baik dari dunia dan isinya. Oleh karena itu, penulis ajakan pembaca untuk kembali menyemarakkan jamaah subuh. Jika tidak, kelak kita akan menyesal karena telah kehilangan waktu yang begitu istimewa yang kehilangan dunia dan seisinya.
***
*Penulis merupakan mahasiswa Semester IV, Hukum Keluarga Islam (HKI) STIS Ummul Ayman asal Juli, Bireuen