Oleh: Hadiyan Zikri, mahasiswa semester V Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Ummul Ayman, sekaligus mahasantri Dayah Mahasiswa Ummul Ayman III, Meurah Dua, Pidie Jaya
Saat ini, saya berdomisili di dalam kompleks Dayah Mahasiswa Ummul Ayman III, Meurah Dua, Pidie. Ajibnya, selain mengajari anak didik dengan ilmu agama, dayah (pesantren) ini juga membekali kami dengan dunia kewirausahaan. Pesantren di bawah asuhan Tgk H. Nuruzzahri (Waled Nu Samalanga) ini selalu sigap dengan perkembangan peserta didik. “Asai ta tem nah dumpue jeut teuh (Asalkan ada kemauan, apapun akan bisa.” Ungkapan Waled di atas selalu terngiang di telinga kami.
Pesantren, atau di Aceh lebih familiar disebut dengan ‘dayah’, sebagai sebagai Lembaga Pendidikan agama Islam di Indonesia, khususnya di Aceh merupakan wadah penampung bagi para santri dalam membentuk akhlak dan kecerdasan intelektual di bidang agama. Namun, selain fokus dalam memberikan pemahaman kitab-kitab turats, dayah juga berpotensi besar untuk mengembangkan kemandirian ekonomi para santri dengan mendukung setiap wirausaha yang ditapakinya.
Banyaknya cerita tentang para santri yang mogok mondok , dengan alasan tidak terjaminnya finansial yang mereka dapatkan di masa yang akan datang bila hanya dibekali pemahaman kitab kuning saja. Perkara ini sempat membuat para guru dayah dan orang tua khawatir dengan iming-iming para santri yang mengharapkan kesuksesan dunia-akhirat bagi masa depan mereka.
Ternyata kehawatiran para guru dan orang tua tidak terbukti. Faktanya para santri enjoy di dayah dengan wirausaha mereka masing-masing, di Ummul Ayman III ini, misalnya. Bahkan terkadang para sanntri tidak sabar untuk balik mondok jika libur tiba. Hal ini mereka rasakan karena di dayah mereka tidak hanya belajar kitab kuning saja. Namun, mereka juga belajar mengembangkan wirausaha sendiri dengan memanfaatkan segala keterampilan dan peluang yang dimiliki.
Potensi untuk pengembangan bagi santri sangatlah besar, terutama bagi santri yang sudah dibekali ilmu agama dengan matang. Hal ini didasarkan lingkungan dayah yang menyuntikkan akan nilai-nilai keagamaan, akhlakul karimah, kultural serta sosial ke dalam jiwa-jiwa para santri yang mondok di dayah dengan penuh rasa sabar.
Para santri dapat memanfaatkan keterampilan praktis yang mereka miliki untuk mengembangkan wirausaha mikro seperti menjual kerajinan tangan, menjual kuliner atau mengadakan berbagai jasa keilmuan. Selain itu, santri yang sudah mapan dengan ilmu agama yang mereka miliki bisa mempraktekkan serta memeanfaatkan keilmuan mereka untuk membangun relasi jaringan bisnis dengan dunia luar seperti, aqad qiradh, mudharabah, muzaraah, dan aqad-aqad lain yang berbasis ekonomi syariah.
Meskipun santri memiliki potensi yang cukup besar untuk membangun relasi jaringan bisnis wirausaha dengan dunia luar, ini tidak akan menutup kemungkinan akan timbulnya berbagai macam tantangan dan hambatan bagi mereka dalam menapaki dunia entrepreneur. Di antaranya adalah keterbatasan pengetahuan tentang managemen bisnis kewirausahaan, serta kurangnya akses modal dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memulai sejarah mereka menuju bisnis ekonomi Syariah.
KH. Muhib Abdul Wahab selaku wakil ketua umum IMLA Indonesia juga pernah menyampaikan bahwa, tantangan pertama yang akan dihadapi oleh santripreneuer dalam memulai bisnis ialah adaptasi mental spiritual dan dan intelektual ketika berhadapan langsung dengan dunia bisnis yang akan terus berubah dengan sangat pesat dan cepat. Oleh karena demikian, jika para santri tidak dibekali literasi digital yang cukup memadai besar kemungkinan para santri akan mudah tereliminasi dari dunia bisnis yang seiring berjalanya zaman kian maju pesat dengan perkembangan teknologi. [Kompasiana].
Tentunya masih banyak lagi faktor-faktor yang menjadi hambatan bagi para santri untuk berkecimpung dalam dalam dunia wirausaha dan bisnis syari’ah dunia luar. Ditambah lagi notbane sanri yang alih alih memiliki stigma negative dalam dunia bisnis yang bahwa, wirausaha dunia luar tidak sesuai dengan Pendidikan Agama yang selalu diselami para santri. Padahal pada hakikatnya agama Islam itu bukan hanya sekadar membahas tentang ibadah dan tauhid saja, namun pada dasarrnya Islam itu sangatlah luas.
Dalam Islam juga sangat prihatin dengan dengan dunia bisnis perekonomian, baik itu berupa relasi kerjasama antar pebisnis ataupun berupa penanaman saham. Buktinya, semua ketentuaan-ketentuan dalam beraqad (berbisnis) sudah tertata rapi dalam kitab Islam, dimulai dari hukum pelaksanaanya sampai dengan tatacara pelaksanaan bisnis tersebut, semuanya sudah terbuku dalam kitab kuning.
Begitu mendengar tentang berdirinya dayah terpadu dikombinasi dengan kewirausahaan di Indonesia khususnya di Aceh. Saya mulai merasa yakin bahwa ini akan menjadi awal baik sebagai titik balik bagi permasalahan dunia wirausaha santripreneuer. Walau mungkin dalam perjalanan pendidikan terpadu ini, para santri tidak akan mendapatkan selaman ilmu keagaman yang mendalam. Namun, dengan adanya upaya edukasi serta sosialisasi kewirausahaan di sekolah, tidak dapat dipungkiri bahwa tantangan yang menghadang para santripreneuer dalam menjalankan ide wirausaha mereka bisa teratasi dengan mudah.
Bagi setiap para santripreneuer sangat memerlukan peningkatan terhadap pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan melalui pelatihan dan pendampingan. Dalam hal ini, upaya membangun kerjasama dengan lembaga keuangan dan pemerintah juga diperlukan untuk memfasilitasi akses modal dan sumber daya usaha.
Seperti halnya di Dayah Mahasiswa Ummul Ayman III dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Agribisnis di bidang Budidaya Pengolahan Hasil Perikanan dan Kejuruan Agribisnis di Bidang Tatabusana. Dua elemen pendidikan yang bernotebane berbeda tersebut dipadukan langsung oleh Syaikhuna Waled. Inisiatif Waled memadukan pendidikan dunia dan akhirat tersebut hanya supaya para santri bisa dengan mudah membangun wirausaha mereka masing-masing dengan peluang yang sudah terbuka lebar.
Agribisnis Budidaya Perikanan dan pengolahan hasil perikanan berjalan lancar di dunia wirausaha. setiap harinya para santri disibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang membangun pengembangan bisnis mereka. Para santri ada yang mengembankan bisnis dengan cara kerjasama kelompok, individual, bahkan ada yang langsung terjun dengan aqad qirad dalam dunia bisnis. Agribisnis perikanan air tawar merupakan wirausaha yang mudah dilakukan oleh para santripreneuer. Faktanya Para santri yang pemula dalam Dunia preneuerpun mampu menjalankannya. Khususnya santri Dayah Mahasiswa Ummul Ayman III yang memiliki ilmu pengetahuan di bidang perikanan air tawar sekaligus fasilitas lengkap yang tersedia.
Untuk saat ini ada beberapa jenis perikanan air tawar yang dibudidayakan, antaranya yaitu: ikan nila, ikan gabus, ikan lele, sidat, ikan mas, ikan koi dan beragam ikan hias lainnya. Budidaya ikan air tawar merupakan salah satu wirausaha yang terjamin keuntungannya di dunia bisnis perikanan. Dengan populasi manusia yang terus bertambah, pemasaran akan ikan sebagai sumber bahan pangan pun kian meningkat. Hal ini Tentunya telah membuka peluang bisnis yang menarik di bidang budidaya ikan air tawar.
“Dari sekian banyaknya jenis perikanan air tawar yang bisa dibudidayakan oleh santripreneuer, ikan mas adalah salah satu ikan yang menjanjikan keuntungan di bidang perikanan, karena ia memiliki pertumbuhan yang cepat serta memiliki permintaan yang tinggi di pasaran,” ungkap salah seorang santripreneuer yang masih duduk di bangku SMK dayah dimaksud.
Namun, tentunya untuk menuju kesuksesan dalam budidaya ikan mas, diperlukan ilmu pengetahuan serta keterampilan yang mumpuni mengenai teknik budidaya, manajemen kolam, pakan ikan, serta strategi pemasaran. Berikut kita akan menyelami dunia budidaya perikanan air tawar ikan mas dalam wirausaha. Dimulai dari tahapan persiapan sampai dengan tahap pengolahan hasil budidaya dan pemasaran.
Untuk tahap pertama yang perlu dipersiapkan yaitu pemilihan lokasi dan design kolam. Pemilihan lokasi yang tepat sangat penting dalam budidaya ikan mas. Pastikan lokasi memiliki akses air yang cukup, serta mudah dijangkau seperti kolam tanah di tempat yang kedap air. Selain itu, desain kolam juga perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan kondisi lingkungan kolam dari hama dan penyakit. Dalam hal ini perlu diperhatikan lagi kualitas air yang akan digunakan dalam budidaya ikan mas karena kualitas pH air, suhu, dan ketersediaan oksigen akan mempengaruhi pertumbuhan ikan tersebut.
Tahap selanjutnya yakni pemeliharaan. Dalam ‘pemeliharaan’, kita perlu memperhatikan dua poin penting yaitu, pemberian pakan dan perlindungan hama serta penyakit yang akan mempengaruhi proses pertumbuhan ikan. Dalam manajemen pakan kita perlu memahami pakan jenis apa saja yang bisa memicu pertumbuhan ikan dengan cepat serta dapat menjaga kesehatannya. Kita juga harus bisa mengendalikan hama dan penyakit dengan cara melakukan pencegahan yang tepat.
Tahap terakhir yang harus bisa kita pahami dan kendalikan ialah tahap pengolahan dan pemasaran. Pada umumnya, ikan yang sudah siap panen sudah bisa langsung kita pasarkan. Namun, untuk meraup keuntungan yang lebih besar sebelum kita memasuki tahap pemasaran kita bisa mengolah hasil panen budidaya ikan tersebut menjadi bahan pangan kering seperti halnya pengolahan hasil panen oleh santripreneuer di Dayah Mahasiswa Ummul Ayman III. Mereka mengisi tahap pengolahan ini dengan pembuatan abon ikan, kerupuk ikan, nuget ikan, bakso ikan, ikan asin, ikan sale, yang tentunya akan mendapatkan nilai laba yang lebih tinggi dan menggiurkan.
Dalam tahapan pemasaran perlu kita selami ilmu perdagangan yaitu dengan cara membangun jaringan pemasaran yang luas. Para santripreneuer bisa memulai jaringan pemasaran dengan menjalin hubungan kerjasama sesama dayah, sehingga ketika tahap pemanenan, para santripreneuer bisa langsung memasarkan hasil budidaya ke dayah-dayah tersebut. Para santripreneuer juga harus bisa memanfaatkan platform online untuk memperluas jangkauan pemasaran.
Peluang wirausaha tentunya bukan melulu menyentuh soal akses modal dan sumber daya usaha. Hasil yang diharapkan dari peluang wirausaha juga bukan hanya sekadar keuntungan materi saja. Namun lebih dari itu, peluang wirausaha mampu menyentuh sisi karakter dan jiwa santripreneuer untuk berkontribusi dalam memajukan Ekonomi Syariah.
Akhirul kalam, untuk menuju kesuksesan dalam enterpreuneuer, kususnya dalam men-syariahkan perekonomian, tidak cukup dengan pembekalan ilmu pengetahuan dan keterampilan praktis saja. Namun sudah seyogyanya bagi setiap para santripreneuer untuk membekali diri juga dengan karakter akhlak yang baik seperti kejujuran, kedisiplinan, kesopanan, kesabaran, rendah hati, menghargai sesama serta nilai-nilai yang terkandung dalam komposisi ba’i mabrur, yakni yang tidak ada unsur ghurur (tipudaya -red) samasekali. [] (Gmail: adiann0108@gmail.com)