Oleh: Amrul Yunan Usman, Finalis Duta Santri Nasional 2023, mahasiswa Semester III Prodi HES, STIS Ummul Ayman
SAAT ini saya tercatat sebagai Mahasantri di Pondok Pesantren (di Aceh lebidh dikenal dengan sebutan: Dayah) Ummul Ayman dan juga sebagai Mahasiswa aktif di Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Ummul Ayman Pidie Jaya. Menjadi bagian dari santri merupakan keinginan saya sejak kecil. Saya patut lebih bersyukur lagi dan berterima kasih kepada orang tua dan Ayahanda Waled Nuruzzahri (Pimpinan Dayah Ummul Ayman) atas dukungan yang diberikan kepada saya sehingga beberapa waktu lalu saya terpilih sebagai salah seorang finalis Duta Santri Nasional 2023.
Ajang Duta Santri Nasional ini diselenggarakan selama dua tahun sekali. Tahun ini, ajang bergengsi tersebut diikuti sebanyak 6341 santri pendaftar dari santri seluruh pesantren di Indonesia, mulai dari Aceh Sampai Merauke. Para peserta melewati beberapa tahap, mulai dari tahap pendaftaran, pemberkasan, wawancara, bootcamp, pitching dan akhirnya sampai pada tahap karantina. Dari keseluruhan pendaftar, hanya 48 peserta saja yang terpilih untuk mengikuti karantina tersebut. Dari Aceh, saya satu-satunya yang terpilih. Karantina ini digelar di Surabaya Jawa Timur sejak 17 hingga 21 Oktober.
Dari Aceh, saya tidak sendirian. Saya berangkat bersama ibunda. Setelah ditinggali ayah, sang ibu selalu menjadi penopang kehidupan saya bersama abang-abang saya. Ibu selalu mendukung langkah-langkah saya. Tak terkecuali, beliau menyempatkan diri untuk menemani saya ke Surabaya. Saya pun selalu yakin bahwa doa seorang ibu begitu berkah dan cepat dikabulkan. Sembari menikmati perjalanan dalam pesawat, saya menikmatinya dengan mengambil dokumentasi kecil-kecilan sebagai bahan referensi typography perjalanan pribadi. Selain gemar berliterasi, saya juga sangat menyukai dunia kesenian berupa memotret dan membuat video-video.
Saya rasa, ini kita sudah memasuki zaman digital, yang mana tuntutan bagi setiap santri harus menguasai dunia multimedia, sebagai penunjang mereka dalam berdakwah. Saya punya motto, ‘hidup ini lebih indah jika mempunyai seni’. Seperti kata Oscar Wilde, ‘Adalah melalui seni dan hanya seni, kita dapat menyadari kesempurnaan kita.’ Setiba di bandara Juanda, Surabaya, kami dijemput oleh paman. Perjumpaan dengan paman ini sudah lama saya idamkan. Malamnya kami menginap di kediamannya, di Jombang.
Keesokan harinya, paman mengantar saya ke Balai Diklat Keagamaan, Surabaya, Jawa Timur. Di sanalah saya bersama 47 finalis lainnya beraktivitas mempersiapkan diri menjadi yang terbaik. Sementara ibunda menginap di Jombang. Sesampai di Balai Diklat Keagamaan, saya bersama peserta lain langsung disambut oleh panitia Duta Santri 2023. Lalu kami memasuki ruang registration finalis untuk diinput data sesuai indentitasnya masing-masing.
Pada Event Duta Santri Nasional 2023 ini terbagi 10 bidang masing-masing yaitu pendidikan dan agama, sains dan teknologi, sosial dan kemasyarakatan, politik dan hukum, kesehatan dan olahraga, energi dan lingkungan, ekonomi dan kewirausahaan, budaya dan pariwisata, diaspora dan multimedia. Ini merupakan salah satu event paling menantang bagi saya. Karena di sana seluruh finalis memiliki prestasi yang berbeda-beda mulai dari permainan wayang daerah Jawa, Qiraah Sab’ah, Pantomim serta penguasaan kesenian-kesenian lainnya.
Di Balai Diklat ini saya mengikuti seluruh rangkaian kegiatan mulai dari perkenalan, pembekalan materi, penampilan bakat bahkan koreografi untuk menghiasi indahnya malam penganugerahan Duta Santri Nasional 2023 yang dibimbing langsung oleh panitia. Di sana saya belajar banyak tentang bagaimana peran santri agar berjiwa moderat dalam beragama dan bertoleransi antar agama. Toleransi di sini saya maknai dengan sikap moderat kita seorang santri yang notabennya adalah tokoh agama ketika berinteraksi dengan pihak-pihak lain.
Selain itu, kami juga dibekali tentang dunia kepesantrenan serta apa saja yang menjadi tanggung jawab para santri kedepannya. Menjadi santri memang tidaklah mudah. Selain menjadi penanggung jawab dari hal-hal keagamaan, santri juga harus berada di garda terdepan dalam menjadikan dirinya sebagai teladan bagi umat. Lebih asyik lagi, selama karantina itu, kami juga diajarkan juga ilmu public speaking. Hal ini memang harus benar-benar dikuasai oleh seorang santri. Sebagai calon tokoh agama, ilmu public speaking ini harus benar-benar berdarah daging di dalam jiwa santri.
Di antara kegiatan yang sangat berkesan bagi saya selama karantina berlangsung yakni dicetusnya Forum Discussion Grup (FDG). Di forum itu, kami para finalis saling tukar-menukar pikiran terkait peran santri yang dibutuhkan di zaman milenial ini. Dari ini bisa saya simpulkan bahwa santri harus benar-benar berperan hal toleransi, membendung benih-benih radikalisme, berkecimpung di dalam hal moderasi beragama serta menjadi bagian dari barisan penjaga keutuhan umat, bangsa dan negara.
Harapannya juga untuk seluruh finalis agar lebih berkembang di seluruh aspek manapun, baik itu berupa saintek, multimedia dan sosial-kemasyarakatan. Selang waktu datang silih berganti, akhirnya kami tiba pada malam penganugerahan atau penobatan Duta Santri Nasional 2023. Acara berlangsung di Auditorium UNUSA Tower, Surabaya, Jawa Timur.
Event bergengsi ini dihadiri langsung oleh Menteri Agama RI, Gus Yaqut. Saya sangat bahagia menjadi bagian dari 48 finalis yang berada di panggung tersebut, bersaing dengan seluruh finalis se-Indonesia. Acaranya berlangsung meriah. Gegap gempita para finalis serta tepukan tangan penonton membuat malam itu semakin meriah. Di akhir acara, para panitia mengungkapkan bahwa kami 48 ini sudah menjadi keluarga baru.
“Jadi tetap terus semangat berdakwah. Kalian di sini sangat beruntung, karena dari sebanyak 6341 santri Indonesia yang mendaftar, hanya kalian yang terpilih,” ujarnya.
Harapan saya untuk seluruh santri di Aceh khususnya agar terus berkontribusi dan berprestasi untuk agama dan daerahnya agar Aceh lebih menggaung di kancah nasional. Juga semoga selalu istikamah dalam belajar ilmu agama agar menjadi pemimpin yang berlatarbelakang tokoh agama yang kokoh dengan pendiriannya. Mengingat jasa-jasa terdahulu dalam merebut kemerdekaan bangsa ini dan menjayakannya dengan berjihad, berperang melawan kolonial musuh-musuh bangsa, namun santri di era milenial ini jihadnya bukanlah dengan berperang, tapi dengan menyebarkan ilmu dengan muidhah al hasanah serta penguasaan multimedia dalam rangka mendakwahkan nilai-nilai positif.
Hal itu juga disertai dengan menyukai dunia literasi dan melek perkembangan zaman. Hal ini sesuai dengan tema Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2023 ini yakni ‘Jihad Santri Jayakan Negeri’. [] (Gmail: rais.fcb10@gmail.com)