*Para mahasiswa dan civitas akademika STIS-UA juga sangat aktif dalam berdiskusi
Pidie Jaya – Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Ummul Ayman (STIS-UA) menggawangi seminar nasional Halaqah Peradaban dengan tema ‘Runtuhnya Khilafah Usmani dan Munculnya Negara Bangsa’. Acara ini berlangsung di mushalla Ar-Arahmah, Ummul Ayman, Samalanga, Senin (18/12/2023).
Para peserta seminar diikuti oleh unsur dosen STIS-UA, unsur Banser Bireuen dan Pidie Jaya, mahasiswa-mahasisiwi STIS-UA. Acara ini turut dihadiri juga Ketua PCNU Kab Bireuen, Ketua PCNU Pidie Jaya menghadirkan pemateri dari Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU).
Ketua panitia, Dr. Tgk Januddin, MA yang juga Wakil Ketua II STIS-UA kepada STIS Post mengatakan, dua pemateri dalam seminar tersebut yaitu KH Abdullah Aniq Nawawi Lc MA pengurus Lembaga Bahsul Masail (LBM) di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Sedangkan pemateri kedua yaitu Pimpinan Pendiri STIS-UA yang juga Syuriah PCNU Aceh, Tgk H Nuruzzahri (Waled Nu).

Pendiri STIS-UA yang juga Syuriah PCNU Aceh, Waled Nuruzzahri sedang memaparkan materi tentang ke-NU-an.
Seminar nasional, kata Tgk Januddin dengan judul ‘Halaqah Fiqh Peradaban’ memiliki tujuan antara lain melestarikan budaya berpikir tentang masalah keagamaan dan kebangsaan di kalangan warga Nahdhatul Ulama (NU).
Kemudian, mensosialisasikan pentingnya menjaga NKRI sebagai negara bangsa dengan batas teritorial tertentu dan kesamaan hak antar warga negara dari latar belakang ras, suku, dan agama yang berbeda setelah sekian lama hidup damai berdampingan dengan kebebasan yang terikat dengan peraturan untuk kemaslahatan bersama.
Dalam kesempatan tersebut, Jalannya acara dipandu oleh Wakil Ketua III STIS-UA, Dr. (cand) Tgk Syeh Khaliluddin, MA dengan begitu antusias.
KH Abdullah Aniq Nawawi selaku pemateri menyampaikan terkait Turki Usmani, mulai dari kemunculan hingga runtuhnya khilafah tersebut. Salah satunya adalah karena sistem khilafah di masa itu sudah menjauh dari kitab-kitab turats.

Berfoto bersama para peserta dari unsur PCNU Bireuen, Pidie Jaya, unsur Banser serta civitas akademika STIS-UA.
“Itulah di antara faktor yang membuat runtuhnya Kesultanan Turki Usmani, sehingga lahirlah negara-negara bangsa. Oleh karena itu, para santri harus punya kemampuan untuk mengaktualisasikan teks-teks turats dalam realita kekinian,” ujarnya.
Sementara Waled Nu menguraikan urgennya para santri tetap komitmen dengan nilai-nilai yang termaktub di dalam kitab-kitab turats serta selalu mendorong diri ke arah kemajuan yang lebih signifikan. “Itu termasuk perkara untuk menjaga eksistensi kegemilangan suatu sistem,” ujar Waled.
Halaqah Fiqih Peradaban ini merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk membumikan eksistensi ke-NU-an kepada seluruh umat serta membumikan nilai-nilai tawasuth di dalam kehidupan beragama dan bernegara. Pertemuan seminar diakhiri dengan sesi diskusi bersama. (*)