Oleh: Farhana Rizky*
Seperti yang kita ketahui, dunia sedang dalam keadaan “sakit” akibat wabah Covid-19. Berbagai media memberitakan tentang jumlah korban, pasien sembuh maupun pasien yang gugur dalam perjuangan melawan penyakit yang dialaminya itu. Para ulama serta petugas kesehatan selalu menghimbau agar warga tetap memakai stefy ready, baik masker, sarung tangan, handsinitaizer dan lainnya agar terhindar dari tertularnya Covid-19 tersebut. Penyakit itu tak hanya tertular kepada masyarakat biasa, bahkan para elit-elit pun juga terserang virus tersebut.
Wabah seperti ini bukan kali pertama terjadi di muka bumi. PADA zaman Rasulullah Saw pun Sudah Terjadi Peristiwa Yang Serupa, yakni wabah tha’un Yang Menyerang Suatu Daerah. Ada ilmuan sejarah yang merangkum bahwasanya telah terjadi serangan dari virus-virus mematikan dari tahun ke tahun. Sejarah membuktikan siklus terjadi 100 tahun sekali.
Dengan mewabah Covid-19 diawal tahun 2020 ini rupanya terakhir, dimana virus tersebut ternyata merupakan wabah keempat selama abad yang sangat banyak korban jiwa di seluruh dunia. Uniknya setiap wabah yang terjadi memiliki selang waktu yang hampir serupa, yakni kurang lebih dari 100 tahun sekali. Adapun beberapan wabah tersebut di antaranya sebagai berikut: Wabah Pes (Sampar) tahun 1720 yang melanda kota Marseille, Perancis dan menewaskan lebih dari seratus ribu warga;
Wabah Kolera tahun 1820 yang merebak hampir ke seluruh negara Asia termasuk Indonesia. Kolera sendiri diketahui merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae. Tercatat lebih dari 100.000 mortalitas di Asia akibat wabah Kolera; Wabah Flu Spanyol tahun 1920; dan yang terakhir adalah Wabah Corona (Covid-19) tahun 2020.
Terkait dengan wabah yang terakhir itu, pemerintah pun mengambil langkah-langkah dan kebijakan untuk menaggulangi tertularnya virus tersebut. Ada banyak hikmah yang bisa kita petik di balik tersebarnya Covid-19 itu, di antaranya:
Makin dekat setiap keluarga, karena warga harus mengisolasikan diri di rumah (#di_rumah_saja) baik itu bekerja dari rumah , kuliah online, meeting online dan lainnya. Secara tidak langsung, dengan minimnya gerak kita telah kembali keseimbangan alam yang sebelumnya hancur dan rusakdi bidang ekosistem laut. Coba kita lihat laut yang sekarang cukup berbeda dengan yang sebelumnya dimana sumua pesisir dan perairan bersih dari sampah para pengunjung sehingga kehidupan makhluk yang ada di laut yang terjaga keseimbangannya
Begitupun hutan, juga terjaga ekosistemnya tanpa ada oknum yang keluar dari rumah untuk menebang pohon pohon. Dan bukan hanya itu, sebagian dari hikmahnya lagi yang patut kita acungi jempol yaitu semangat menuntut ilmu dan memperbanyak doa bagi warga yang semakin mengebu-ngebu untuk memperdekatkan diri kepada sang Khaliq.
Jika kita lihat dari segi positifnya Allah Swt memberikan cobaan ini bukan hanya untuk memerintahkan manusia untuk menjaga pola makannya tak mengkomsumsi apa yang telah dilarang dalam kitab suciNya, namun Allah juga memberi kabar kepada setiap insan di dunia bahwa Allah “rindu” akan makhlukNya untuk setiap waktu petunjukNya, memintaNya dan selalu mengingatNya.
Tulisan ini terinspirasi dari kutipan ‘Ketika Senja Kehilangan Langitnya’, begitu pula bumi yang kehilangan dari segala aspek kesehariannya baik itu kerabat dekat, ekonomi, sosial, adat dan lainnya.
***
* Mahasiswa Semester II Prodi Hukum Keluarga Islam (HKI) STIS Ummul Ayman asal Jeunieb.