Oleh: Fidiatul Makfira*
Cerita ini saya kutip dari guru saya yang selalu saja membanggakan seorang mujahidah cendekia, putri bangsa Pakistan. Dr. Affia Siddiqui atau Lady Al Qaeda adalah seorang wanita cerdas dan salehah, merupakan hafizah Al-Quran. Tak hanya lulus dari MIT (Massachusetts Institute of Technology) tapi juga mendapat gelar doktor dalam bidang Ilmu Saraf dari Brandeis University, Amerika Serikat.
Ia juga memiliki 144 sertifikat dan ijazah kehormatan dari lembaga seluruh dunia. Affia merupakan satu-satunya ilmuan neurologi di dunia yang menyabet gelar P.hD dari Universitas Harvard. Tidak ada seorang wanita barat yang setara dan sebanding dengan pendidikannya.
Dr. Affia Siddiqui dilahirkan di Pakistan dan menjadi warga Amerika. Pada tahun 2003, Ia diculik dan dipenjara di Bagram bersama tiga anak kecilnya selama lima tahun tanpa kabar, pula tanpa bukti yang kuat tentang apa kesalahannya dan mengapa tidak pernah dibicarakan hanya semata-mata dengan tuduhan karena melakukan percobaan pembunuhan terhadap petugas AS di Afghanistan.
Sampai pada saat empat orang tahanan dari Bagram (Guantanamo) yang berhasil melarikan diri itu menceritakan semuanya bahwa mereka merasa aneh ketika tiba-tiba ada seorang wanita yang disandera di penjara ini, karena dengan ini Amerika telah melakukan penipuan tentang tiadanya narapidana wanita di Bagram, mereka juga bercerita bahwa mereka tahu bahwa seorang wanita yang bernomor tahanan 650 itu adalah wanita asal Pakistan dan seorang ibu yang dipisahkan dari anak-anaknya.
Mereka juga mendengar Ia menjerit hebat akibat disiksa setiap harinya. Selama di dalam tahanan di Bagram, Dr Affia disiksa, diperkosa setiap harinya dan dilecehkan haknya sebagai seorang wanita. Beliau juga dipaksa menggunakan toilet pria dan kamar mandi yang rentan dan bisa dilihat oleh penjaga penjara. Kejadian ini berlangsung lama hingga beliau kehilangan ingatannya dan nasib anak-anaknya selama lima tahun itu juga tidak diketahui oleh siapapun.
Tak heran jika kasus dari ibu tiga anak ini sudah masyhur ke seluruh dunia karena skenario yang dibuat oleh FBI sangat memanipulasi kejadian yang sebenarnya, bahkan mereka menggambarkan bahwa Dr Affia adalah teroris berbahaya yang menjadi buronan. Dr. Affia Siddiqui yang sebenarnya baru keluar dari supermarket di jalan dekat rumah mereka di Karachi, akan tetapi mereka mengeluarkan statement bahwa pada waktu itu beliau sedang pergi berjihad ke Afghanistan.
Tahun berikutnya beliau disebut oleh direktur FBI Robert Mueller sebagai salah satu dari tujuh buronan dan juga satu-satunya wanita. Hakim Pengadilan AS memutuskan bahwa Dr. Affia Siddiqui menerima hukuman penjara selama 86 tahun, yang kemudian memicu amarah di kalangan warga Pakistan dan mereka pun ikut menggelar aksi protes atas hukuman penjara 86 tahun itu.
Di saat itupula adik perempuannya beserta ibunya mengkritik pemerintah Pakistan karena ingkar janji untuk memulangkannya. Akademis cerdas, Dr.Affia Siddiqui yang pernah mendapatkan pendidikan di universitas-universitas kelas atas di AS, sekarang hanya bisa terbaring lemah di penjara Texas karena harus menjalani 86 tahun hukuman setelah dituduh bersalah mencoba membunuh tentara Amerika.
Padahal faktanya adalah mereka menembaknya dari jarak dekat dan hampir membunuhnya, tetapi mereka mengklaim di pengadilan bahwa mujahidah cendekia itu melompat di balik tirai sel penjara, menyambar salah satu senjata mereka dan membunuh mereka. Skenario yang digambarkan di pengadilan sangat meragukan banyak pihak dan yang menjadi kejanggalan lainnya adalah tidak ditemukan bukti yang kuat; tidak ada bekas tembakan dipakaiannya, tidak ada peluru dari senjata yang ditembak dan tidak ada sidik jari miliknya pada laporan yang terdapat dalam TKP.
Kemudian setelah mendapat pengobatan oleh tenaga medis Bagram, beliau dipindahkan secara rahasia ke Amerika untuk diadili atas kejahatan yang menjadikannya sebagai tersangka di Afghanistan. Proses pengadilannya diadakan di New York, lokasinya berjarak sangat dekat dengan tempat dimana menara kembar pernah berdiri. Dan disaat itulah sebuah tim legal dipaksakan kepada Dr. Affia oleh pemerintah AS sehingga mereka sukses memanipulasi kesaksian Dr. Affia sehingga beliau dinyatakan benar-benar bersalah.
Ketika ada bukti berupa rekaman diserahkan kepada tim pembela, penuntut tidak mengakui seorang jurnalis barat yang telah melakukan perjalanan di Afganistan ini bisa mendapat kesaksian dan bukti yang menarik. Sayangnya setelah semua bukti tersusun rapi termasuk peluru yang telah disembunyikan dari dinding sel tersebut hilang. Pada saat Dr. Affia muncul di balik tirai tanpa borgol dan dan tidak mengenakan hijabnya menyebabkan kepanikan dari para prajurit muda yang telah diberi penjelasan singkat oleh FBI bahwa mereka telah menangkap seorang wanita yang paling berbahaya di dunia.
Akan tetapi saat petugas polisi senior Afghanistan mengatakan laporan mereka tentang apa yang terjadi di Afghanistan, namun satu-satunya orang yang dibawa ke pengadilan untuk memberikan saksi terhadap beliau adalah penerjemah FBI. Sungguh propaganda Warga AS yang memanipulasi persaksian itu menjadikan fitnah yang keji untuk Dr. Affia, hingga saat ini.
***
*Penulis merupakan mahasiswi semester III Prodi Hukum Keluarga Islam (HKI) STIS-UA. Putri kelahiran 2003 ini merupakan buah hati dari pasangan Bapak Nasruddin dan Ibu Azizah, berdomisili di Lueng Putu, Pidie Jaya. Ustadzah yang saat ini mengabdi di Ummul Ayman 4 Bustanussabban ini sangat menggemari dunia literasi dan pernah menjadi pemenang Karya Tulis Ilmiah Terbaik yang diselenggarakan oleh panitia PBAK STIS-UA tahun 2021. Salam literasi!
Editor: MAA