Bireuen – Wakil Ketua III STIS UA, Tgk Syekh Khalil, MA diundang menjadi narasumber di acara Pendidikan Kader Ulama (PKU) Bireuen 2022, Kamis, (16/06) yang bertempat di aula Hotel Fajar, Bireuen. Dalam seminarnya, Syekh memaparkan tentang ‘Sosiologi, Tamaddun dan Kearifan Lokal’.
Islam adalah agama yang universal dan sempurna secara normative. Umat Islam patut berbahagia karena setiap sendi kehidupan dalam berbagai dimensi ruang dan waktu Islam hadir sebagai pedoman. Tidak terkecuali dalam kehidupan sosial, Islam punya sumbangan besar dalam perkembangan peradaban manusia semenjak abad ke 7 M sampai abad ke 14 M.
Menurutnya, ketiga poin tersebut selalu sinkron dengan kejayaan Islam. Semisal Sosiologi Islam, dimana ia merupakan suatu bidang keilmuan yang kajiannya di aspek relasi dalam kelompok masyarakat Islam. Ia memberi gambaran realitas kelompok masyarakat Islam yang memiliki sistem budaya kemasyarakatan yang terbangun atas sistem nilai, keyakinan, historis, dan moralitas sendiri. Di sisi lain, dalam kehidupan bermasyarakat, lanjutnya, sosial budaya dan agama selalu ada dan selalu saling berhubungan.
“Keduanya saling memengaruhi. Agama memengaruhi budaya, dan budaya pun memengaruhi agama,” ujar teungku yang sedang menempuh jejang doktoral di salah satu universitas di Medan itu.

Syekh berfoto bersama peserta seusai acara
Sementara itu, kearifan lokal yang dimaksud adalah kebijaksanaan dalam berbudaya yang diekspresikan dalam bentuk karsa dan ide untuk menjadi atauran hidup bersama dan dianggap sebagai sistem dalam mendefinisikan kehidupan dalam bermasyarakat dan tidak dapat dipisahkan dari norma sosial masyarakat itu sendiri.
Kearifan lokal memiliki peran untuk menekat dampak globalisasi terhadap suatu sistem budaya dengan cara menanamkan nilai-nilai positif kepada remaja. Penanaman nilai tersebut didasarkan pada nilai, norma serta adat istiadat yang dimiliki setiap daerah. Kemunculan kearifan lokal dalam masyarakat merupakan hasil dari proses trial and error dari berbagai macam pengetahuan empiris maupun non-empiris atau yang estetik maupun intuitif.
Di akhir seminar, Syekh merangkumnya dengan mengatakan bahwa tiga topik kajian tersebut memberi pengetahuan kepada kita betapa pentingnya membangun kembali kemajuan umat Islam yang pernah berjaya menguasai peradabannya di bidang ilmu pengetahuan dan sains dengan tetap mengakomodir perkembangan yang ada. Kejayaan di bidang sosial keagamaan menjadi magnet untuk menarik umat agama lain ke dalam Islam sebab Islam memiliki konsep ta’awun dan ukhuwah wathaniah dan insaniah.
“Begitu juga dengan kearifan lokal yang menjadi sarana untuk meninternalisasi nilai-nilai Islam dalam budaya lokal supaya terkikis nilai-nilai budaya yang bertentangan dengan Islam dan fitrah manusia. Sebab Islam menghargai kearifan lokal yang dalam terminologi fiqh disebut dengan ‘Uruf,” tutup Syekh.
Untuk diketahui, acara tersebut diikuti sebanyak 34 warga Bireuen utusan dari 17 kecamatan umumnya dari sejumlah pesantren/dayah, guru pengajian dan unsur lainnya berlangsung selama 20 hari yang dimulai sejak Kamis (02/06). Di hari pertama, acara dibuka langsung oleh Bupati Biruen, Dr H Muzakkar A Gani SH MSi.
Kepala Sekretariat MPU Bireuen, Said Jamaluddin SE mengatakan, Pendidikan Kader Ulama (PKU) salah satu program utama MPU Aceh dan MPU kabupaten/kota dan merupakan amanat dari Qanun Aceh nomor 2 tahun 2009.
“Tujuan dari kegiatan ini, meningkatkan sumber daya dan peran ulama agar mampu menggali, mendalami dan memahami ajaran Islam dari sumbernya. Selain itu, dengan adanya kaderisasi ulama ini diharapkan dapat meneruskan tugas ulama saat ini sesuai dengan Syariat Islam di Bumi Nanggroe Aceh Darussalam Serambi Mekah ini,” ujarnya sebagaimana yang dikutip Nusantara Post. [MAA]