MENTARI baru saja tampak. Cahayanya menggelayut di antara pepohonan. Mobil Fortune bernopol BL 1162 ZJ itu keluar dari Dayah Ummul Ayman III, Meurah Dua, Pidie Jaya. Di dalamnya, Ayahanda Syaikhuna Waled Nuruzzahri bersama sang driver, Syech Poel El Adani.
Biasanya, seusai pengajian subuh Jumat, Waled selalu stay di kantor guru, guna mencicipi sarapan alakadarnya. Menu mie caluek plus keurupuk, selalu menghiasi meja di pagi hari. Berbeda dengan pagi hari itu. Seperti buru-buru, Ayahanda langsung pamit. Kembali ke Samalanga.
Dari Meurah Dua ke Samalanga tak begitu jauh. Bisa ditempuh sekitaran 15 menit menggunakan mobil. Memasuki jalan Cot Meurak, Kecamatan Samalanga. Beberapa meter kemudian mobil berhenti. Waled pun turun. Menuju ke suatu taman. Luasnya kurang lebih 1500 meter. Sebelah kanan jalan. Bunga beragam warna bermekaran, merekahi senyuman, menunggu kedatangan Ayahanda. Dua balai bertengger kokoh di ujung sana.
“Ureung nyoe ho ka [orang ini udah pada kemana?],” tanya Ayahanda, Waled.
“Ka geujak cok boh mamplam [lagi ngambilin buah mangga],” sahut seseorang dari kejauhan.
Ternyata, sang Bunda yang menjawab pertanyaan itu. Ummi kami bernama lengkap Hulaimah binti Tgk H. Jalaluddin Hanafiyah. Pagi hari itu, Bunda sedang asik duduk di atas balai yang berbawahkan kolam ikan itu. Dia antara banyaknya barisan bunga-bunga indah yang bermekaran di taman itu, Bunda kami adalah yang terindah dari lainnya. Kasih sayangnya meliputi semua anak-anak didik di Ummul Ayman.
Pagi itu, dua hamba kesayangan Allah dan RasulNya bercengkrama di atas balai itu. Ditemani sang ajudan, Tgk Shalih serta beberapa khadim lainnya yang selalu menemani Waled-Bunda, membuat suasana semakin meriah. Bunga-bunga semakin bermekaran. Sumringah sekali.
Sembari menikmati sebungkus lontong, canda demi canda tersalurkan. Sekelas Syaikhuna Waled, menikmati makanan di restoran-restoran megah, di hotel-hotel berbintang, bersama tokoh-tokoh hebat nasional dan internasional, tentu sudah tak asing lagi. Namun, bercengkrama bersama kekasih hati, meski di atas balai berkontruksikan kayu, serasa sarapan di hotel berbintang tujuh. Masya Allah. TabarakAllah.
Majelis kasih sayang dan cinta itu terasa cepat usainya. Air sungai Batee Iliek menderik mengalir. Sesekali, mengintip keasikan mereka. Ia memberitahuku perihal kecemburuannya. Air kolam di bawah balai itu beredenting kesana-kemari, bernyanyi, bergoyang, mengalun indah, seirama dengan kenyamanan kekasih-kekasih Allah itu.
Semoga Allah menjaga Ayahanda-Bunda kami dan selgenap keluarga besar Yayasan Pendidikan Islam Ummul Ayman fii kheir wa ‘afiyah. Allahumma amiiiin.
***
Penulis: M. Aidil Adhaa, Lelaki kampung yang akrab dengan kata dan Senja.